Audhy R.A.
2 min readMay 1, 2020

JANGAN MENGABAIKAN EMOSI NEGATIF

Gue pengen mengawali pembahasan ini dengan pertanyaan, lebih bagus mana perasaan yang positif atau negatif?

Sebagian besar dari kita pasti akan menjawab perasaan positif. Tapi setelah itu, muncul pertanyaan baru. Jika yang bagus hanya perasaan positif, bagaimana dengan perasaan negatif yang ada dalam diri setiap manusia? Apakah harus disingkirkan gitu aja?

Nggak dong. Hal yang wajar bagi kita untuk merasakan berbagai macam perasaan, seperti rasa bahagia, kecewa, sedih, dan sebagainya. Semua itu ada dalam diri kita, dan bisa muncul kapan saja, tergantung momen pemicunya.

Sayangnya, kebanyakan orang, membuat penyangkalan saat dia merasakan perasaan yang negatif. Ambil contoh gini deh, loe pernah nggak liat orang yang ketika putus dari pasangannya, loe bisa liat dari ekspresinya ada rasa kecewa dan sedih, atau bahkan marah. Tapi dia membuat statement pembelaan dengan mengatakan “Aku bahagia kok, asalkan dia bahagia”.

Yakin seperti itu? Kalo berani jujur dengan diri sendiri, pasti ada rasa kecewa, sedih, dan emosi negatif lainnya. Nggak salah sih untuk berpikir positif, tapi hati-hati jadi toxic.

Toxic positivity itu adalah saat loe terlalu maksa-maksain diri loe untuk terlihat positif. Padahal, loe sendiri masih merasakan emosi yang negatif.

Jadi saran gue, terima dulu apapun perasaan yang muncul dari dalam diri loe, jangan loe sangkal. Loe amati perasaan-perasaan itu, ketika loe udah bisa berdamai dengan perasaan loe sendiri, baru ubah persepsi loe. Sepakat??

__________

Follow Instagram https://instagram.com/rachaddian